PENGEMBANGAN KOPI ROBUSTA GUNUNG KELIR KABUPATEN SEMARANG MELALUI PENGEMBANGAN INDIKASI GEOGRAFIS (IG)

Hamparan Kopi Robusta di Doesoen Kopi Sirap, Kab. Semarang

Kabupaten Semarang merupakan salah satu daerah penghasil kopi Robusta di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah luasan Kopi Robusta dikawasan gunung kelir mencapai lebih dari 3000 Ha yang tersebar di 4 Kecamatan yaitu Jambu, Sumowono, Banyu Biru dan Bandungan dengan masing-masing ha yaitu 1166 Ha, 1513 Ha, 213,78 Ha dan 206 Ha (BPS Kabupaten Semarang, 2019). Pengembangan agribisnis komoditas kopi Robusta di Kabupaten Semarang terus dilakukan, baik melalui program perluasan, intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas, maupun perbaikan mutu dan pengembangan industri hilir.

Dalam era pasar global dan persaingan yang semakin ketat, seperti yang terjadi saat ini dan pada tahun-tahun yang akan datang, diferensiasi produk merupakan sarana penting untuk menarik perhatian konsumen. Indikasi Geografis (IG) memegang peranan penting untuk menarik minat konsumen dengan cara memberikan nilai tambah pada produk ini, yaitu adanya kepastian kepada para konsumen untuk mengkonsumsi produk lokal, yang berasal dari kawasan khusus, dengan metode produksi yang tersendiri. Karakteristik-karakteristik mutu produk (khususnya citarasa, untuk produk pangan) yang khas, unik dan tampil beda yang terindikasi karena pengaruh faktor geografis dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing produk-produk tersebut.

Logo Robusta Gunung Kelir Semarang

Untuk mencapainya, masyarakat petani mengajukan permohonan pendaftaran perlindungan Indikasi Geografis bagi Kopi Robusta di kawasan Gunung Kelir Kabupaten Semarang yang mencakup empat kecamatan yaitu Kecamatan Jambu, Banyu Biru, Sumowono, dan Bandungan .

Pemerintah Kabupaten Semarang melalui Dinas Pertanian dan Perikanan bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia untuk pendampingan teknis pembentukan Indikasi Geografis Kopi Robusta Gunung Kelir. Kegiatan pendampingan dilakukan oleh tim Puslitkoka yaitu Novie Pranata Erdiansyah, Edy Santosa, Rais Widiyanto, dan Dedi Anwar. Tim Puslitkoka hadir langsung melalukan survei lapangan dilaksanakan bulan September dan juga dilaksanakan sosialiasi IG kepada stakeholder meliputi dinas, petani, kelompok tani, petugas penyuluh lapangan, perangkat desa, perangkat kecamatan, dan masyarakat. Kegiatan sosialisasi dibuka oleh Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Semarang dan direspon sangat baik. Kegiatan ditutup pada bulan November dengan dilaksanakan workshop penyampaian hasil survei. Workshop dihadiri oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian dan Perikanan Kab. Semarang dihadiri oleh Kepala Bidang Perkebunan Kabupaten Semarang, Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG), petani, dan penggiat kopi dari sektor hulu sampai dengan hilir.

Sosialisasi dan Workshop IG Robusta Gunung Kelir

Workshop Indikasi Geografis Kopi Robusta Gunung Kelir dibuka oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Semarang diwakili oleh Kepala Bidang Perkebunan Kab. Semarang di Pendopo Doesoen Kopi Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang pada 26 November 2020. Penyampaian paparan hasil kajian oleh tim ahli Puslitkoka disampaikan bahwa kajian lingkungan curah hujan serta topografi Kabupaten Semarang cocok untuk pertanaman kopi Robusta. Kawasan Gunung Kelir ini mempunyai iklim yang khas yaitu udaranya dingin dan sejuk. Suhu udara rata-rata 20 – 27 °C dengan kelembaban udara 82 %. Kawasan Kopi Robusta Gunung Kelir Kabupaten Semarang (RGK) dihasilkan dari tanaman kopi Robusta yang ditanam pada ketinggian 500 s/d 1200 m dpl. Jenis tanah yang ada di wilayah Kawasan Gunung Kelir Kabupaten Semarang yaitu tanah Latosol yang cocok untuk budidaya kopi Robusta. Wilayah Kawasan Kopi Robusta Gunung Kelir  memiliki rata-rata jumlah curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun, dengan rata-rata 3 bulan kering/tahun. Kopi robusta mulai dibudidayakan di kawasan ini diperkirakan tahun 1911 ditandai bukti sejarah berdirinya pabrik kopi di Banaran. Hasil analisa Laboratorium Penguji Puslitkoka melihat hasil sampel biji kopi dan tanah yang dikirimkan mayoritas biji kopi berdasarkan uji mutu fisik sudah sesuai standar SNI. Untuk karakter citarasa Kopi Robusta Gunung Kelir memiliki rasa Brown sugar, Caramelly dan chocholaty.

Hasil petik merah petani robusta Gunung Kelir

Respon Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang sangat mendukung dan akan melanjutkan progam pengembangan untuk kegiatan selanjutnya. Respon petani dalam workshop tersebut ditunjukan antusias dalam menngikuti dan menjalankan kegiatan ini dengan semangat ditunjukan dengan dipilihnya pengurus MPIG yang berisi petani generasi muda. Dalam workshop, petani dapat melihat hasil analisa serta penjelasan langsung oleh tim ahli mengenai mutu serta hasil analisa tanah, mutu fisik biji kopi, hasil cupping score biji kopi di kebun mereka untuk perbaikan budidaya serta peningkatan produktivitas dan mutu.

Petani Kopi Robusta Gunung Kelir Kab. Semarang