TANAMAN PENANUNG KOPI DAN KAKAO

Oleh : Fakhrusy Zakariyya & Hanifah Salsabila Shofia

Tanaman penaung merupakan tanaman yang sengaja ditanam untuk menaungi tanaman budidaya dari energi matahari yang berlebih. Tanaman kopi dan kakao, sebagai tanaman C3, naungan dibutuhkan untuk mengontrol laju fotorespirasi agar efisiensi fotosintesis lebih maksimal. Tanaman penaung pada perkebunan kopi dan kakao juga ditanam sebagai penyangga (buffer) lingkungan yang kurang sesuai bagi tanaman budidaya, sehingga iklim mikro akan lebih optimal. Tanaman penaung dapat menahan laju intensitas cahaya matahari, membatasi rentang yang jauh antara suhu siang dan malam, menahan angin dan mencegah erosi.

Tanaman penaung dapat dibedakan menjadi penaung sementara dan penaung tetap. Penaung sementara digunakan pada awal pertumbuhan tanaman untuk memberikan naungan pada tanaman sebelum penaung tetap berfungsi dengan baik. Kebutuhan tingkat penaung tanaman kopi dan kakao ditentukan oleh beberapa hal seperti umur tanaman, populasi dan tingkat kesuburan tanah. Penaung sementara digunakan pada tanaman kakao umur 2-3 tahun yang membutuhkan naungan cukup kemudian kebutuhan akan penaung akan menurun setelah umur tersebut sehingga digunakan penaung tetap yang berupa tanaman pohon. Begitu pula pada tanaman kopi yang menggunakan penaung sementara pada awal penanaman dan kemudian digantikan dengan penaung tetap.

Syarat utama tanaman yang bisa digunakan sebagai penaung yaitu dapat meneruskan cahaya difus, daun tanaman tidak gugur di musim kemarau, memiliki akar yang dalam, apabila daun dipangkas dapat tumbuh kembali dengan cepat, tidak bersifat alelopatik, dan tidak sebagai inang hama dan penyakit tanaman budidaya. Pemilihan pohon penaung pertama didasarkan pada arsitektur tajuk tanaman. Tanaman penaung dengan tajuk terbuka dapat menyebabkan distribusi sinar matahari yang diteruskan ke tanaman budidaya menjadi lebih besar sehingga meningkatkan evapotranspirasi dan mengganggu pertumbuhan tanaman. Akan tetapi, tanaman penaung yang terlalu lebat dapat menghambat fotosintesis. Beberapa jenis tanaman penaung yang dapat digunakan seperti lamtoro (Leucaena glauca), krete (Cassia surattensis), Gamal (Gliricidia), dadap (Erythrina subumbrans), dan sengon (Albizzia falcata dan Albizzia sumatrana).

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai penaung yaitu tanaman lamtoro (Leucaena sp.). Pohon lamtoro mempunyai batang yang kuat sehingga tidak mudah patah. Lamtoro sering dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh karena memiliki daun yang kecil serta percabangan yang mudah diatur. Pohon lamtoro sebagai penaung dapat menjadi pengatur iklim mikro lingkungan. Kajian Pusat Penelitian Kopi dan Kakao menunjukkan bahwa naungan pohon lamtoro memberikan hasil terbaik pada tanaman kakao dibandingkan dengan naungan jati dan krete. Kakao yang ditanam di bawah lamtoro memiliki daun yang lebih tipis dan lebar karena persentase naungan lamtoro yang cukup tinggi (60%) dibandingkan naungan lainnya. Selain itu, daun tanaman kakao di bawah naungan lamtoro memiliki kandungan nitrogen yang tinggi karena lamtoro merupakan tanaman legum sehingga tanaman kakao dapat menyerap nitrogen lebih baik. Jenis lamtoro yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia adalah lamtoro L2 yang cocok untuk dataran rendah. Keunggulan jenis ini adalah tidak menghasilkan biji sehingga tidak menimbulkan masalah gulma bagi pertanaman kopi dan kakao.Jenis L2 dapat diperbanyak secara vegetatif, baik cangkok atupun stump (“Stela – Stump Lamtoro”). Masing-masing perbanyakan memiliki kelebihan dan kekurangan. Lamtoro L2 yang diperbanyak dengan cangkok memiliki keunggulan lebih cepat tumbuh dan berfungsi sebagai pohon penaung, namun distribusi lebih sulit dan mahal karena volume yang relatif besar. Di sisi lain, stump lamtoro berfungsi sebagai penaung akan lebih lambat dibandingkan cangkok (persiapan lahan 8 – 12 bulan sebelumnya), namun, mudah dalam proses pengemasan dan didistribusi karena volume yang relatif lebih kecil.