Plagiotropic Clonal Cocoa (PCC) sebagai Pilihan Bahan Tanam Kakao Klonal Unggul

Perbanyakan kakao dapat dibedakan menjadi perbanyakan generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif umumnya menggunakan benih yang berasal dari biji. Perbanyakan vegetatif atau juga biasa yang disebut dengan perbanyakan secara klonal dapat ditempuh melalui beberapa cara antara lain sambung pucuk, okulasi, dan stek. Perbanyakan kakao klonal yang banyak dikembangkan di masyarakat saat ini adalah klonal dengan sambung pucuk. Perbanyakan klonal akan memberikan pertanaman yang seragam, produksi yang lebih stabil dan ketahanan penyakit yang lebih baik jika dibandingkan perbanyakan secara generatif karena sifatnya yang mirip dengan induknya. Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa perbanyakan klonal digemari oleh pekebun.

Cabang kakao yang bersifat dimorfisme artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif, cabang ortotrop dan plagiotrop. Cabang ortotrop yang memiliki pertumbuhan ke atas dan cabang plagiotrop yang memiliki pertumbuhan relatif ke samping. Hal ini akan memberikan pilihan pekebun untuk mengembangkan kakaonya dengan keunggulan masing-masing yang dimiliki kedua cabang kakao tersebut. Saat ini, cabang plagiotrop banyak digunakan oleh pekebun kakao untuk sambung pucuk sebagai batang atas karena ketersediaan bahan yang melimpah di kebun. Cabang plagiotrop atau juga bisa disebut dengan cabang kipas atau cabang buah dikaji oleh beberapa peneliti memiliki prekositas atau kedinian pembentukan buah lebih cepat. Umur tanaman 2 tahun sudah dapat menghasilkan buah untuk dipanen sehingga memberi gambaran bahwa cabang plagiotrop dapat digunakan untuk pekebun yang hendak memanen kebun kakaonya dengan cepat. 

Teknologi terkini yang dikembangkan oleh Puslitkoka, yaitu PCC (Plagiotropic Clonal Cocoa) atau  Kakao Klonal Plagiotrop. Kakao klonal ini berasal dari perbanyakan secara vegetatif yang memiliki keunggulan antara lain seluruh organ tanaman klonal (akar, batang, daun), tidak mengunakan batang bawah, cepat berbunga dan berbuah, habitus tanaman pendek, tidak ada tunas palsu, dapat diproduksi masal, dan distribusinya yang mudah. Melalui perbanyakan ini, klon-klon unggul kakao seperti MCC 02, ICCRI 09, Sulawesi 01, dan Sulawesi 02 dapat diproduksi secara masal dan dapat menjangkau ke daerah yang lebih luas. Dengan adanya produk teknologi kakao klonal plagiotropik ini diharapkan dapat menjadi alternatif pekebun dalam menanam bahan tanam unggulnya dan meningkatkan produksi kakao nasional melalui klonalisasi kebun.